Wow…!!! Proyek Peningkatan Jalan Simpang Desa Sialang – Desa Merantih Rugikan Negara Ratusan Juta Rupiah

BANGKO-canangjambi.com. Proyek peningkatan jalan Simpang Desa Sialang ke Desa Merantih yang dikerjakan oleh CV Azka Jaya Mandiri selaku pemenang tender dengan nilai Rp. 6.982.400.000,00 nomor kontrak 07/KONT/RJ/BM/DPUPR/2023, merugikan negara ratusan juta rupiah.

Berdasarkan informasi temuan BPK atas proyek yang dikerjakan perusahaan beralamat di Desa Koto Dua Baru Semurup Kec. Air Hangat tersebut nilainya sangat pantastis,

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK terhadap dukumen dan pisik proyek, terdapat kekurangan volume timbunan,yakni kekurang volume dan mutu pada LPA Kelas S,LPA kelas A,LPA Kelas B dan Laston lapis Aus (AC/WC) sehingga nilai kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan proyek yang bersumber dari DAK tahun 2023 tersebut yakni sebesar Rp 424,179,500.00.

Atas temuan kerugian negara dari proyek tersebut membuat gerah warga setempat, warga menuding dinas PUPR dan konsultan pengawas lalai dan tidak bekerja dengan profesional sebagai mana mestinya

“Sangat disayangkan akibat kurangnya pengawasan membuat kontraktor pemenang tender bekerja sekehendak hati tanpa mengacu kepada spesifikasi teknis pekerjaan,sehingga menjadi temuan dan harus dikembalian kenegara “Ujar Karni warga Meranti, Rabu (18/12/2024).

Lebih lanjut Karni menambahkan “kalau saja pengawasan proyek tersebut maksimal tidak mungkin temuan BPK sampai empat ratus juta lebih, dengan temuannya sebesar itu bisa kita bayangkan kwalitas maupun mutu dari proyek tersebut, kita lihat saja sekarang belum sampai satu tahun sudah mulai hancur dan kami selaku warga meminta aparat penegak yang berwenang mengaudit ulang dan memanggil para pihak yang terkait dengan pekerjaan proyek yang merugikan keuangan negara hingga ratusan juta rupiah tersebut’”Pungkas Karni.

Menanggapi tudingan tersabut Haryadi selaku direktur CV Bakti Paramuda selaku konsultan pengawas menjelaskan, bahwa besarnya temuan dalam pekerjaan proyek yang dikerjakan selama 180 hari kelender tersebut bukan disebabkan oleh kurangnya pengawasan,besarnya temuan BPK tersebut disebabkan oleh kenderaan yang menggangkut buah sawit melebihi tonase,

“Temuan banyak terjadi pada lapisan kelas A. Kelas A dihampar dengan ketebalan rencana. 20 cm. Ketika penghamparan kelas A. Kontraktor sudah melaksanakan dengan ketebalan hasil pemadatan sesuai. Berdasarkan hasil test pit. Karena kelas A belom padat sempurna sementara jalan tetap dialui oleh kendaraan yg mengangkut buah dengan tonase yg lunayan berat. Makanya pada bagian alur roda terjadi penurunan dan padat sempurna sedangkan bagian sisi luar alur ban pada bagian tepi melebar
karena bagian sisi luar kelas A belum dikunci oleh bahu jalan.

Sedangkan pengaspalan masih belom dilaksanakan sehingga semakin lama semakin melebar dan ketinggian turun.

Kami sudah mengingatkan kepada pihak perusahaan untuk segera diaspal. atau paling tidak dikunci dengan bahu jalan sesuai yg disyaratkan atau dikunci dengan melaksanakn pemasangan prime coat, apabila aspal masih lama dilaksanakan. agar butiran kelas A tidak buyar dan mengalami pelebaran dan penurunan ketebalan. Tapi tidak diindahkan. Makanya ketika audit BPK banyak diambil sampel pada bagian pinggir yg pada alur ban. Sehingga ketebalannya banyak yg kurang dari ketebalan rencana.”Ungkap Haryadi

Berbeda dengan Haryadi, Efrianto selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) mengatakan,jika besarnya temuan BPK pada proyek yang mulai dikerjakan pada tanggal 20 Maret s/d 15 September tersebut disebabkan oleh sistim pemeriksaan BPK yang berubah dari tahun sebelumnya.

“Kalau yang sekarang spek terbaru sekarang itu tidak sama dengan yang dulu,sekarang ini misalkan kita mengerjakan proyek pekerasan jalan, jalan itu panjangnya satu kilo meter nah kalau satu kilo itu misalkan lima belas senti rencana nyo nah ketemu dilapangan itu empat belas setengah senti,setengah senti itu jadi temuan setengah senti,nah yang ada disitu dibayar lapan puluh persen,jadi bukan kurang volume 400 juta itu bukan tapi pengurangan hargo satuan itu yang menyebabkan banyaknya temuan,”Ujar Efrianto.

Ketika disinggung besarnya temuan itu disebabkan oleh kurangnya pengawasan dilapangan Efrianto membantah

“Sayo ini sebelum pengaspalan sayo cek dulu kelapangan ulang lagi kadang titik kito dengan titik yang di perikso BPK itu tidak samo, kita sebelum pengaspalan kito cek dulu misalkan kelas A berapa senti itu kita kroscek dulu berapo tebalnyo berapo kepadatannyo nah kalau itu sudah sesuai ketebalannyo samo kepadatannyo oke baru kita aspal, setelah di aspal kito kor lagi kalau terdapat kekurangan kita tambah cuman kadang itu sistim pemerisaan BPK titik titiknya itu tidak sama dengan yang kita cek itulah kendalanya,spek baru sekarang karna ada pengurangan harga satuan itu yang terpasang itu jika terdapat kekurangan maka dikurangi lapan puluh persen dari harga satuannya,jadi itulah yang membuat banyanya temuan, sebenarnyo kekurangan Volume itu sedikit pengurangan harga satuan itu yang banyak.” Pungkas Efrianto.( Damsir )

News Update